Semenjak pertama kali dirilis pada 1996 untuk konsol dan PC, serial Resident Evil telah segera dianggap sebagai sebuah tolok ukur bagaimana game horor itu diciptakan. Kebetulan, ketika itu, zombi yakni wabah yang sepatutnya dihadapi oleh protagonis utama, seperti Jill Valentine, Chris Redfield, Barry Burton, Rebecca Chambers, Brad Vickers, dan Albert Wesker.

Sejak judi slot online jackpot terbesar perilisan perdananya hal yang demikian, penjualan game milik Capcom itu makin menanjak dan digandrungi oleh segenap gamer PS1 di segala dunia. Oleh sebab itu, dibuatlah banyak seri Resident Evil setelahnya, termasuk sebagian konten atau cerita tambahan untuk menutup lubang pada plot cerita secara keseluruhan.

Penulis sendiri yaitu salah satu gamer yang meniru kisah game ini, mulai dari seri pertama sampai seri terbarunya yang berjudul Resident Evil Village yang dirilis pada 7 Mei 2021 lalu. Tentu tak seluruh seri kapabel memuaskan ekspektasi penulis, seperti contohnya Resident Evil 6 yang semrawut.

Nah, melewati review kali ini, kita akan memperhatikan apakah Resident Evil Village dapat kembali mengulang kesuksesan Capcom atau tak.

1. Jalan cerita menegangkan, namun tak semacam itu menyeramkan

Dikala pertama kali penulis memainkan game garapan Capcom ini, aura berbeda cukup dinikmati dalam hal plot cerita seandainya diperbandingkan pada tiga seri permulaan dari waralaba ini. Ya, Resident Evil Village memberikan pengalaman berbeda seandainya disandingkan dengan Resident Evil 1, Resident Evil 2, dan Resident Evil 3: Nemesis. Terang bahwa Capcom akan kembali menggiring konsep permainan pada metode yang ada pada Resident Evil 4.

Dalam judi slot online jackpot terbesar seri terbarunya ini, Ethan Winters kembali menjadi protagonis utama. Nah, jagoan kita kali ini memang mempunyai jalanan keterikatan cerita dengan Resident Evil 7. Jadi, bagi kau yang mau tahu secara detil siapa itu Ethan Winters, sebaiknya mainkan secara khusus dulu seri Resident Evil 7 yang juga sama-sama menegangkan. Dalam game kali ini, Ethan akan kelihatan lebih bendung banting diperbandingkan perannya pada game sebelumnya.

Adegan pertama yang timbul yakni kehidupan hangat dari Ethan Winters dan Mia beserta si kecil mereka yang bernama Rosemary. Tak lama kita merasakan kehidupan normal hal yang demikian, tanpa tedeng aling-aling, datanglah Chris Redfield bersama sekelompok pasukan khusus. Di depan mata Ethan, Chris segera membunuh Mia dan menculik Rosemary. Si bernama Rosemary hal yang demikian memang dianggap mempunyai energi super yang dapat mengontrol perilaku orang lain.

Sempat tidak sadarkan diri, walhasil Ethan terbangun di sebuah kawasan aneh. Nah, semenjak ini petualangan kita akan diawali secara intens. Kawasan aneh hal yang demikian yaitu sebuah desa yang cukup besar dan dihuni oleh penduduk yang aneh, seram, dan tentu saja tak akan berteman dengan karakter utama. Uniknya, kau juga akan menghadapi berjenis-jenis variasi musuh dan monster dalam game kali ini, mulai dari manusia serigala, vampir, boneka hidup, sampai karakter antagonis lainnya yang tidak keok unik.

Kenapa penulis menganggap mereka unik? Villain dalam Resident Evil Village memang cukup nyeleneh sebab amat berbeda dengan seri-seri sebelumnya. Alih-alih seram, karakter mereka justru diciptakan cukup garang dan kapabel beraksi layaknya dalam film-film bertema vampir atau manusia serigala.

Pada intinya, kita akan memainkan karakter Ethan dan mencari eksistensi Rosemary di desa hal yang demikian. Makin lama kita memainkannya, makin banyak rahasia penting yang tersingkap. Jalan cerita yang kau hadapi juga bakal menegangkan padahal tak terlalu menyeramkan. Sepatutnya biasa, bagi penggemar serial Resident Evil, penulis cukup puas dengan plot cerita seperti ini.

2. Gameplay pakem seperti umumnya

Resident https://www.forestvillagewoodlake.com/ Evil Village termasuk first-person survival horror sebab kita akan mengontrol karakter utama dalam pandangan orang pertama. Mekanisme ini agak berbeda dengan Resident Evil 4 dan ketika ini dianggap sebagai salah satu metode terbaik untuk merasakan dunia atau semesta Resident Evil. Jikalau diingat bahwa kau tak akan dibekali dengan senjata bombastis layaknya pada Resident Evil 3: Nemesis.

Sebaliknya, Ethan Winters akan kerap memakai pistol dan pisau untuk bertahan di tengah ganasnya penghuni desa. Gameplay juga dinikmati penulis secara intens sebab didorong dengan stik PS5 yang kaya akan fitur. Oh, ya, penulis belum mencoba Resident Evil Village versi PC dan cuma mencobanya dalam versi PS5. Pengalaman bermain mungkin dapat dinikmati amat berbeda manakala kau sudah memainkannya di kedua platform hal yang demikian.

Tingkat kesusahan dalam game ini juga akan meniru kesanggupan pemain secara rata-rata. Akan tapi, perlu ditegaskan, Resident Evil Village bukanlah game yang terlalu gampang dan bukan juga permainan yang amat susah untuk ditamatkan. Kau telah pernah memainkan Resident Evil 4 dan Resident Evil 7, kau akan menemukan gameplay yang pakem dan cukup gampang disadur.

Satu lagi, nyawa Ethan Winters seolah tidak ada matinya dalam game ini. Tetapi akan berulang kali terluka, terjatuh, tergigit, malah mengalami penculikan dengan penyiksaan yang menyakitkan. Bahkan, karakter kita akan konsisten hidup dan cuma dengan siraman cairan khusus, health bar akan kembali penuh seperti sedia kala.

Jangan salah dahulu, Ethan Winters memang bukanlah karakter umum. Buktinya, dia bisa menyambung member tubuhnya yang terputus. Yup, mirip seperti Mia dan Rosemary, terbukti Ethan juga seorang dengan kesanggupan khusus di semesta Resident Evil. Apakah konsep Capcom ini dianggap tak berlebihan? Well, sebaiknya kau ikuti saja Resident Evil 7 dan Resident Evil Village secara linear untuk menerima jawaban yang gamblang.

3. Grafis garapan RE Engine yang tidak ada duanya

Capcom cukup mandiri dalam hal grafis. Bisa, mereka mampu menjadikan sebuah engine atau metode grafis terintegrasi dengan kwalitas kelas atas, adalah RE Engine. Resident Evil 7, Devil May Cry 5, dan Monster Hunter Rise yakni sederet game fenomenal yang memakai RE Engine. Nah, tidak berharap keok, Resident Evil Village malahan juga memakai energi grafis yang sama.

Bagaimana akhirnya? Selain dikatakan bahwa game arahan sutradara Morimasa Sato ini menjadi salah satu game dengan tampilan terbaik. Bingkai cantik dan memanjakan mata, kwalitas grafis garapan RE Engine tenar stabil dan tak gampang drop seandainya dimainkan dalam temperatur konsol yang panas. Kau rate atau frames per second (FPS) yang ditampilkan di PS5 terhitung stabil dan nyaris tanpa penurunan kwalitas.

Kestabilan FPS hal yang demikian tidak lepas dari fitur ray tracing yang ada di GPU milik PS5. Dengan fitur ini, tampilan di Resident Evil Village memang terlihat kongkrit dan sepadan. Pada lingkungan yang jelas, grafis tak terkesan lebai. Sebaliknya, pada spot tergelapnya, tampilan konsisten akan kelihatan bening dan masih kaya akan saturasi. Tetapi dapat menikmati bahwa tiap-tiap obyek yang ada di ruangan gelap akan terlihat berbeda satu sama lain.

Nah, satu hal yang membikin penulis cukup terpukau dengan Capcom yakni kesanggupan mereka dalam menandakan lingkungan desa yang dingin dan aneh. Hamparan salju dan rumah-rumah mangkrak akan ditampakkan secara kongkrit dan detil. Salut untuk Capcom sebab mereka dapat meningkatkan grafis terbarunya secara cukup signifikan diperbandingkan dengan Resident Evil sebelumnya.

4. Audio kelas atas yang memesona

Bukan Capcom namanya seandainya tak mampu menjadikan audio kelas atas. Ya, penulis juga tak terkejut dengan kwalitas audio dari Resident Evil Village yang semacam itu dipuja-puja oleh kalangan gamer di segala dunia. Pasalnya, memang audio dalam game ini terdengar amat baik, kongkrit, bening, dan kapabel menonjolkan 3D Audio khas PlayStation 5. Kenapa headset umum malahan juga sama pantasnya.

Penulis berani jamin bahwa pengalaman memainkan game ini lebih terasa intens seandainya memakai konsol PS5. Selain? Bingkai fitur 3D Audio Sony yang mengagumkan, ada juga yang namanya fitur adaptive trigger yang akan membikin petualanganmu menjadi lebih mendebarkan. Fitur canggih ini yang akan membedakan sensasi penerapan berjenis-jenis variasi senjata. Kenapa pistol tentu akan terasa berbeda seandainya diperbandingkan menerapkan shotgun.

Suara musikal pada seri terupdate ini juga cukup berbeda dengan seri sebelumnya. Memang, pada Resident Evil 7 lalu, metode musikal terasa lebih ramai. Akan tapi, khusus untuk Resident Evil Village, kesunyian malahan dapat dijabarkan dengan amat dalam oleh Capcom. Langkah kaki, derak kayu, raungan monster di kejauhan, malah nafas dari Ethan ditampilkan dalam audio yang benar-benar bonafide.

Bagaimana dengan bunyi dari seluruh karakternya? Justru di sinilah kelebihan Resident Evil Village diperbandingkan game horor lainnya. Bagian karakter dapat ditampilkan dengan amat bagus oleh Capcom. Suara terbaiknya apalagi jika bukan bunyi-bunyi aneh dan unik dari masing-masing bos villain yang kau hadapi di sini. Bagian mengakak, berdendang, geram, malah mendesah dapat ditampilkan dengan amat hidup.

5. Jikalau kembali ke jalan yang benar

Capcom melewati Morimasa Sato, Tsuyoshi Kanda, Isamu Hara, Peter Fabiano, dan Antony Johnston sudah sukses membikin sebuah karya besar dengan kwalitas jempolan bernama Resident Evil Village. Plot atau jalan cerita yang dalam dan tak membosankan menjadi salah satu energi tarik dari game yang telah terjual 4,5 juta kopi ini.

Belum lagi seandainya menilik dari metode gameplay, grafis, dan audionya yang amat mengagumkan, tentunya memang nyaris tidak didapat celah untuk menjatuhkan karya milik Capcom ini. Kau memainkannya hingga tamat, kau akan menikmati aura dan sensasi berbeda diperbandingkan seri-seri Resident Evil lainnya.

Selama ini, penulis senantiasa mengacu pada Resident Evil 3: Nemesis yang dirilis pada 1999 sebagai satu-satunya seri Resident Evil terbaik yang pernah ada. Bahkan, apa berharap dikata, memperhatikan pencapaian dan keseriusan Capcom dalam membikin seri terbarunya, penulis terpaksa mendepak Resident Evil 3: Nemesis hal yang demikian dari singgasananya.

Yup, bagi penulis, Resident Evil Village kapabel tampil total dengan nilai 5/5. Game ini sudah membeberkan sekalian menyimpulkan bahwa Capcom telah kembali ke jalan yang benar. Ke depannya, semoga saja Capcom tak lagi merilis seri Resident Evil yang cuma mengedepankan aksi semata seperti Resident Evil 6.